Memudahkan Anda Menuju Baitullah

Kisah Jamaah Haji Indonesia Pulang saat Meletus Perang Dunia II

Kategori : Info Menarik, Features, Info Umroh dan Haji, Topik Hangat Seputar Umrah, Ditulis pada : 17 November 2025, 15:09:25

PERJALANAN-HAJI-HINDIA-BELANDA-930322574.png

Al Fauzi News | Cerita ini bermula saat pecahnya Perang Dunia II pada September 1939. Banyak jamaah haji dari Hindia Belanda dan orang Indonesia yang sudah menetap di Makkah tiba-tiba terjebak di Tanah Hijaz—Makkah, Jeddah, dan sekitarnya. Mereka nggak bisa langsung pulang. Kondisinya berat: ekonomi sulit, ada intimidasi, tekanan politik, dan pemerintah setempat juga nggak terlalu peduli.

Melihat situasi makin darurat, akhirnya dibentuk Komite Keselamatan Indonesia (Kokesin) pada 19 Juni 1940. Komite ini didukung langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Mereka bergerak cepat, mengumpulkan dana buat para mukimin yang terlantar. Mereka cari kapal vrij kapal khusus yang bisa dipakai membawa pulang para mukimin. Dari ribuan orang, akhirnya sekitar 2.900 orang berhasil didata, lalu 2.504 diprioritaskan pulang lebih dulu—2.320 di antaranya dianggap paling mendesak.

Kokesin nggak sendirian. Berbagai organisasi Islam, ulama, dan tokoh masyarakat dari Nusantara turun tangan. Bantuan datang dari mana-mana, mulai dari beras, uang, sampai logistik lain. Konsulat Jeddah, MIAI, dan jaringan ormas Islam ikut bergerak. Mereka nggak cuma ngirim bantuan, tapi juga aktif melobi, surat-menyurat, dan negosiasi dengan pemerintah setempat dan perusahaan kapal. Akhirnya, sekitar Maret 1941, kapal pertama berangkat dari Pelabuhan Jeddah di Laut Merah. Pada 5 April 1941, sebagian jamaah tiba di Tanjung Priok, Batavia.

Di gelombang pemulangan berikutnya, peran KH Anwar Musaddad sangat menonjol. Ulama asal Garut ini jadi Ketua Kokesin dan memimpin langsung proses evakuasi. Ia berangkat dengan kapal SS Garoet pada 23 Sya’ban 1360 H, pas tanggal 15 September. Para jamaah dari Makkah menuju Jeddah naik truk bak terbuka, menembus panas musim panas. Di tengah segala keterbatasan, mereka tetap menjalani puasa Ramadhan, shalat, dan saling menguatkan di kapal. SS Garoet akhirnya mengangkut sekitar 630 penumpang, dan KH Anwar diangkat jadi kepala rombongan selama perjalanan.

Perjalanan laut ke Indonesia butuh waktu sekitar 23 hari. Dalam perjalanan, empat jamaah meninggal dunia. Mereka tiba di Indonesia bertepatan dengan Idul Fitri. Atas usulan KH Anwar, kapal menurunkan penumpang paling gemuk lebih dulu, supaya keseimbangan kapal tetap terjaga saat sandar di pelabuhan. Secara keseluruhan, Kokesin dan jaringan ormas Islam Nusantara berhasil memulangkan 2.320 orang dewasa dan 184 anak-anak. Banyak yang menyebut ini salah satu operasi penyelamatan warga Indonesia terbesar di luar negeri pada masa itu.

Cari Blog

10 Blog Terbaru

10 Blog Terpopuler

Kategori Blog

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id