"Perbaiki shalatmu, maka Allah akan memperbaiki hidupmu"
"Perbaiki shalatmu, maka Allah akan memperbaiki hidupmu"
Sahabat Al-Fauzi, Kalimat di atas sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Sesering itu pula kita kurang tepat dalam memaknainya. Sebagai manusia biasa, apalagi saat kita sedang mengalami kesulitan hidup, kalimat tersebut terasa seperti angin segar yang menyejukkan hati dan pikiran yang gundah gulana.
Tak heran, kalimat "maka Allah akan perbaiki hidupmu" sering kali dimaknai sesempit pada materi semata, harta, pekerjaan, jodoh, atau nikmat dunia yang tampak oleh mata lainnya. Kurang tepat dalam memaknai juga dapat menimbulkan kekecewaan jika yang dinanti tak kunjung terjadi. Tak bertambah harta, karir tak melesat, jodoh tak kunjung datang, dsb.
Padahal tanpa kita sadari, perbaikan demi perbaikan telah mengisi kehidupan kita. Itu sebabnya kita juga sering diingatkan untuk terus bersyukur atas berbagi nikmat yang kita terima dari Allah. Berikut dua ayat di antaranya dari banyak ayat lain yang menyebutkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras" (QS. Ibrahim: 7).
"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An Nahl: 18)
Lantas apa sebenarnya makna yang tepat dari kalimat tersebut?
Hakikat dan Perintah Shalat
Untuk bisa menjawabnya, kita lihat ayat Al Quran dan hadits yang menyebut mengenai shalat. Kata "shalat" disebutkan 83 kali dalam Al Quran. Perintah untuk mengerjakan shalat terdapat dalam beberapa ayat, seperti Surah Al Hajj ayat 77, Surah Al Baqarah ayat 43 dan 238, Surah An Nisa' ayat 103, dan Surah Al Ankabut ayat 45.
Sementara untuk keutamaan shalat juga dapat dengan mudah ditemukan di Al Quran dan hadist. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu" (QS. Al Baqarah: 45).
"Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang bertakwa" (QS. Thaha: 132)
"Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk. (HR. Thabrani)
Manfaat Shalat
Dari ayat dan hadist di atas, jelaslah keterkaitan shalat dengan kehidupan. Dan sungguh peran dan manfaatnya sangat luas dan tidak hanya terbatas pada hal duniawi yang tampak. Jika penulis boleh menguraikan, maka yang dimaksud perbaikan dalam hidup adalah sebagai berikut:
1. Ketenangan jiwa
Biasa terkoneksi dengan Allah melalui shalat memberikan ketenangan pada jiwa kita. Jiwa yang tenang akan mampu mengarungi hidup dalam berbagai keadaan dan melihat setiap kesempatan sebagai sebuah takdir yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya dan tidak disia-siakan.
2. Kejernihan pikiran
Pikiran yang jernih bukan berarti kecerdasan atau kepintaran, tetapi mampu memaksimalkan potensi akal untuk meningkatkan kualitas diri dan dalam keadaan yang sulit potensi itu dapat diarahkan sebagai alat untuk mencari jalan keluar yang Allah ridhoi.
3. Kesabaran dan ketabahan
Seringkali menjadi batu sandungan baik dalam keadaan senang dan susah. Manusia sering tidak sabar menerima kesenangan yang sedang ia terima dan ingin segera mendapatkan kesenangan lainnya. Sementara di saat susah, manusia sering kehilangan ketabahan dalam menerima ujian. Allah akan menumbuhkan kesabaran dan ketabahan dalam diri manusia yang rutin menghadap, melapor, bercerita, bersyukur, bahkan berkeluh kesah kepada-Nya.
4. Keikhlasan
Kata yang mudah diucapkan namun sulit dikerjakan. Sulit untuk ikhlas melihat kesuksesan orang lain, tak ikhlas menerima ujian, tak ikhlas menerima nasihat dan seterusnya.
Ikhlas memang bukan sesuatu yang mudah didapat untuk tertanam dalam diri kita, tetapi shalat akan membuat keikhlasan dapat bersemayam dengan mudah dalam diri kita.
5. Bersyukur
Syukur adalah tingkatan berbeda dalam diri manusia. Secara normatif, lisan manusia akan sering mengucapkannya tanpa hatinya meresapinya dengan tulus. Padahal syukur adalah pintu pembuka berbagai nikmat lain yang tengah menanti orang yang pandai bersyukur. Shalat adalah sarana utama untuk bisa menanamkan rasa syukur yang tulus, mendalam, dan konsisten.
6. Kemampuan menilai baik dan buruk
Inilah pelindung manusia dari hal yang membuatnya menjauh dari Allah, Ketika yang buruk menjadi baik dan yang baik ditinggalkan, manusia akan semakin kabur dari perannya sebagai hamba Allah. Hal itu pula yang akan membuat kualitas hidup manusia bisa jadi seolah terlihat membaik di mata dunia, tetapi bergerak ke arah yang tidak diinginkan di mata Allah.
Semoga dengan pengingat ini, kita semua, terlebih lagi penulis, tak lagi keliru dalam memaknai perbaikan dalam hidup kita yang dihadirkan oleh Allah hanya sebatas pada hal-hal yang tampak dan mudah diukur oleh diri kita dan sesama.
Bisa jadi semua hal itu tak kunjung datang dalam kehidupan kita, tetapi ternyata hati kita telah tenang, pikiran kita jernih, sabar dan tabah dalam berbagai keadaan, selalu ikhlas dan bersyukur, serta mampu menilai yang baik dan buruk demi menjaga keselamatan diri kita dan keluarga di dunia dan akhirat. Itulah perbaikan hidup yang sesungguhnya. Wallahu'alam bissawab.