Akhlak Nabi Muhammad adalah Kemuliaan Abadi
Akhlak Nabi Muhammad adalah Kemuliaan Abadi
Sahabat Al-Fauzi, Penulis buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah itu mempunyai alasan yang kuat menempatkan Nabi Muhammad diurutan teratas. Ia menegaskan bahwa, Nabi Muhammad saw. adalah satu-satunya manusia yang membawa perubahan besar dan berhasil meraih kesuksesan-kesuksesan yang luar biasa baik dari sisi agama maupun duniawi.
Ilmuwan yang beragama Nasrani tersebut juga menyatakan, perubahan yang demikian luas dihadirkan oleh Nabi Muhammad hanya dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun. Tanah Arab yang saat itu tidak memiliki agama tertentu kecuali menyembah berhala dan mengalami kebejatan moral, mampu “disulap” oleh Nabi Muhammad menjadi kawasan religius yang mengesakan Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Kunci dari kesuksesan Nabi Muhammad SAW. adalah keteladanan.
Dalam setiap sisi kehidupan, Nabi Muhammad SAW. selalu dijadikan teladan oleh para sahabat dan pengikutnya. Segala ucap dan sikap beliau tidak pernah luput dari pandangan para sahabat sehingga sahabat melihat langsung bagaimana Nabi berbicara, makan, minum, dan melakukan aktifitas kesehariannya. Keteladanan Nabi inilah yang menjadikan masyarakat Arab lebih beradab dan mengerti sopan-santun.
Sebagai teladan seluruh manusia, tentu Nabi Muhammad memiliki visi dan misi utama Nabi Muhammad saw. yaitu memperbaiki mental dan moral umat manusia sesuai sabdanya yang berbunyi,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sungguh aku diutus untuk menyempurnakan tata krama,” (HR. Ahmad [8952] dari Abu Hurairah ra.)
Dari cerita Anas bin Malik di atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW tidak marah sama sekali saat perintahnya tidak diindahkan oleh Anas. Nabi justru menegur dan mengingatkan Anas dengan senyuman. Keramahan inilah yang selalu terekam di ingatan Anas bahwa, Rasulullah SAW orang yang paling santun di dunia ini.
Kesantunan Nabi Muhammad SAW. Juga terekam dalam peristiwa Thaif. Saat dakwah islam mengalami kebuntuan di Makkah, Nabi Muhammad saw. beserta Zaid bin Haritsha ra. mencoba membentangkan dakwah beliau ke kota yang terletak di tenggara Makkah, yaitu Thaif. Sesampai di kota itu, ternyata Nabi disambut dengan cacian dan ejekan. Pembesar kota Thaif menolak mentah-mentah diplomasi Nabi dan mengusir beliau.
Penduduk setempat juga diperintahkan menghujani Nabi beserta sahabatnya dengan cacian, bahkan dengan lemparan batu. Nabi Muhammad SAW. lari meningalkan kota Thaif dengan kaki terpincang berlumuran darah. Sedangkan kepala Zaid bin Haritsah memancarkan darah segar.
Setelah berada di tempat yang aman, dua manusia pilihan itu beristirahat membersihkan luka. Nabi Muhammad saw. menengadahkan tangannya bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, Sungguh kepada-Mu kuadukan kelemahan diriku, keterbatasan upayaku serta hinanya diriku di hadapan manusia,” (HR. Thabrani [14746] dari Abdullah bin Ja’far).
Rintihan Nabi tersebut sama sekali tidak menyebut kebiadaban masyarakat Thaif. Tidak ada laknat dan sumpah serapah yang keluar dari mulut Nabi, justru dengan kerendahan hati, Nabi mengakui kelemahan dirinya.
Keluhuran akhlak dan kemuliaan sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. inilah, menurut Imam Al-‘Iz bin Abdul Aziz bin Abdussalam, menjadikan kedudukan beliau sangat agung kelak di hari kiamat. Nabi Muhammad saw. satu-satunya manusia yang mendapatkan kehormatan dari Allah Swt. memberikan syafaat (pertolongan) untuk manusia yang beriman.
Sahabat Al-fauzi, Kemuliaan akhlak inilah yang menjadikan orang di dalam maupun di luar Islam takjub dan menaruh rasa hormat kepada teladan kita, Nabi Muhammad SAW. Jika Nabi Muhammad SAW disepakati sebagai simbol akhlaqul karimah, tentu umatnya harus menjadi manusia yang paling berakhlak di segala sisi kehidupan dunia ini. Ya Allah, jadikanlah kami muslim yang berakhlak seperti akhlak Rasulullah SAW.