Ternyata Begini Awal Mula Haji, Kisah Nyata yang Bikin Merinding!
Sejarah Terciptanya Ibadah Haji: Jejak Spiritualitas dari Nabi Ibrahim hingga Rasulullah SAW
Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang diwajibkan bagi umat Islam yang mampu, setidaknya sekali seumur hidup. Namun di balik kewajiban ini, terdapat sejarah panjang dan mendalam yang mengakar sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Haji bukanlah sekadar perjalanan ke Makkah, tetapi sebuah napak tilas spiritual yang penuh makna, menghidupkan kembali kisah pengorbanan, ketaatan, dan kasih sayang Ilahi.
Awal Mula: Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS
Kisah haji bermula dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Setelah menjalani berbagai ujian berat dalam menyebarkan tauhid, Ibrahim diperintahkan Allah untuk membawa istrinya, Hajar, dan anak mereka, Ismail, ke sebuah lembah tandus dan sunyi yang kelak dikenal sebagai Makkah.
Di tempat itulah, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail atas perintah Allah. Ketika bekal mereka habis, Hajar berlari antara dua bukit, Shafa dan Marwah, mencari air untuk anaknya. Perjuangannya yang penuh keputusasaan namun tetap dalam tawakal, kemudian diabadikan dalam ritual sa’i dalam ibadah haji.
Sebagai jawaban atas kesabaran Hajar, Allah memancarkan mata air zamzam dari dekat kaki Ismail. Tempat itu pun menjadi sumber kehidupan, dan lama-kelamaan berkembang menjadi permukiman yang diberkahi.
Pembangunan Ka'bah
Beberapa tahun kemudian, ketika Ismail telah beranjak dewasa, Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun kembali Ka'bah—rumah ibadah pertama di muka bumi—bersama putranya. Mereka mendirikan bangunan tersebut dengan penuh keikhlasan dan doa:
"Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan ini), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 127)
Ka'bah pun menjadi kiblat umat manusia untuk beribadah kepada Allah.
Ujian Penyembelihan dan Ritual Haji
Salah satu momen paling besar dalam sejarah haji adalah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail. Tanpa ragu, Ibrahim siap melaksanakan perintah itu. Namun sebelum pisau menyentuh tubuh Ismail, Allah menggantinya dengan seekor domba. Peristiwa ini menjadi dasar ritual penyembelihan hewan (qurban) pada hari Idul Adha dan puncak ibadah haji.
Godaan setan yang mencoba menggagalkan tekad Ibrahim juga menjadi latar belakang melempar jumrah di Mina, yaitu simbol penolakan terhadap bisikan jahat dan komitmen terhadap ketaatan.
Haji di Masa Nabi Muhammad SAW
Seiring berjalannya waktu, ajaran tauhid yang dibawa Ibrahim mengalami penyimpangan. Ka'bah dipenuhi oleh berhala dan praktik jahiliah. Hingga kemudian Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengembalikan kemurnian ajaran tauhid.
Pada tahun 9 Hijriah, Rasulullah mengirim Abu Bakar RA memimpin jamaah haji pertama kali dalam Islam. Namun, barulah pada tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad sendiri melaksanakan haji yang dikenal sebagai Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan khutbah yang sangat penting, menegaskan hak-hak manusia, persamaan derajat, dan fondasi ajaran Islam yang murni.
Haji sebagai Syariat yang Sempurna
Setelah peristiwa Haji Wada’, turunlah wahyu:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Ma’idah: 3)
Ayat ini menandai penyempurnaan agama Islam, dan haji menjadi bagian tak terpisahkan dari fondasi tersebut.
Ibadah haji bukanlah sekadar kewajiban tahunan yang dijalani jutaan Muslim, melainkan warisan spiritual dari para nabi. Ia merupakan penggabungan antara sejarah, ketaatan, dan pengorbanan yang menjelma dalam bentuk ibadah fisik dan batin. Dengan menjalankan haji, umat Islam tidak hanya menapaktilasi jejak Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad, tetapi juga memperbarui ikatan mereka dengan Allah dalam kepasrahan yang total.