Tan’im: Tempat Miqat Favorit Jemaah Haji untuk Umrah Sunnah di Sekitar Mekkah
Al Fauzi News | Tan’im, yang dikenal juga sebagai Masjid Aisyah, berada sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram dan menjadi pilihan utama bagi jemaah haji Indonesia untuk mengambil miqat dan memulai umrah sunnah. Lokasi ini sangat strategis karena dekat dengan pusat kota Mekkah, sehingga para jemaah bisa mengaksesnya lebih mudah dengan bus atau taksi. Kondisi ini membuat Tan’im makin populer sebagai tempat “keluar sebentar” dari batas Haram (ihram) bagi yang ingin menunaikan umrah tambahan di antara rangkaian ibadah haji. kemenag.go.id
Secara historis, Masjid Tan’im memiliki nilai penting karena berkaitan dengan kisah Siti Aisyah. Setelah menyelesaikan haji wada’, Aisyah mengalami haid sehingga belum bisa melakukan tawaf. Nabi Muhammad kemudian mengizinkan dia untuk bermiqat dari Tan’im agar bisa melaksanakan umrah setelah suci. Kisah inilah yang membuat Tan’im juga dikenal sebagai miqat Aisyah dan dikaitkan dengan sunnah dalam praktik ibadah jemaah.
Dari sisi fasilitas, Tan’im dilengkapi dengan prasarana penting seperti area wudhu, toilet (MCK), ruang salat yang lapang, dan lahan parkir yang luas. Fasilitas ini memberikan kenyamanan bagi jemaah yang datang dalam jumlah besar, serta memudahkan mobilitas keluar-masuk lokasi miqat. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Tan’im sering dijadikan rujukan oleh pembimbing ibadah (mutawwif) untuk melakukan niat ihram.
Dalam praktiknya, jemaah yang ingin umrah sunnah biasanya akan berhenti di Tan’im, melakukan wudhu, berpakaian ihram (jika belum), lalu berniat ihram. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram sambil membaca talbiyah dan menjalankan ibadah umrah seperti biasa. Proses ini memungkinkan mereka menambah pahala di sela aktivitas haji tanpa harus meninggalkan Mekkah terlalu jauh.
Meski demikian, otoritas haji, baik dari PPIH Arab Saudi maupun petugas haji Indonesia, mengingatkan agar jemaah tidak terlalu sering melakukan umrah sunnah selama musim haji. Hal ini dikarenakan stamina dan kondisi fisik sangat penting menjelang puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Terlebih bagi jemaah lanjut usia atau yang memiliki kondisi kesehatan rentan (risti), disarankan untuk mempertimbangkan prioritas agar tidak kelelahan.