Bandara Taif Diusulkan Jadi Opsi Baru Penerbangan Haji RI, Masa Tinggal Jemaah Berpotensi Dipangkas

Al Fauzi News | Pemerintah Indonesia punya ide baru: menjadikan Bandara Taif di Arab Saudi sebagai pintu masuk dan keluar tambahan untuk jemaah haji Indonesia. Tujuannya jelas mengurangi penumpukan di Bandara Jeddah dan Madinah, yang selama ini selalu penuh dengan jemaah dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia.
Setelah diskusi awal antara pemerintah Indonesia dan otoritas Arab Saudi, Bandara Taif dinilai punya keunggulan strategis. Letaknya hanya sekitar 70 kilometer dari Makkah, dan perjalanan darat ke kota suci itu bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Lokasi ini dianggap pas untuk mendukung pergerakan jemaah, baik dari sisi pengaturan miqat maupun transportasi darat.
Satu hal yang cukup menarik dari rencana pemanfaatan Bandara Taif adalah potensi memangkas masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi. Kalau skema ini berjalan, waktu tinggal yang biasanya 40–42 hari bisa dipangkas jadi sekitar 30–35 hari saja. Pemotongan waktu ini tidak cuma bikin perjalanan lebih nyaman buat jemaah, tapi juga menekan biaya operasional haji secara keseluruhan.
Bukan cuma soal waktu, kehadiran Bandara Taif juga membuka peluang tambahan slot penerbangan untuk Indonesia. Selama ini, keterbatasan slot di Jeddah dan Madinah selalu jadi masalah dalam mengatur jadwal datang-pulang jemaah. Dengan adanya opsi baru, pengaturan penerbangan jadi lebih fleksibel, dan distribusinya bisa lebih rapi.
Meski begitu, rencana ini masih sebatas usulan dan sedang dibahas secara teknis. Belum ada keputusan resmi yang akan diterapkan untuk musim haji berikutnya. Pemerintah Indonesia juga menekankan, semua aspek penting harus benar-benar siap mulai dari infrastruktur bandara, transportasi darat, sampai pelayanan jemaah supaya kebijakan ini benar-benar membawa manfaat buat jemaah haji Indonesia.
