Menelusuri Tradisi Barzanji di Nusantara: Warisan Islam dalam Kearifan Lokal
Sahabat Al-Fauzi Tour tentu sudah tidak asing bahwa Maulid Nabi adalah istilah yang sangat populer di Indonesia untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sebagian masyarakat Muslim yang masih menjaga tradisi leluhur biasanya untuk mengenang hari kelahiran Nabi dengan membaca barzanji pada momen tersebut.
Bahkan tidak hanya saat Maulid Nabi, tradisi barzanji atau berjanjen juga dilakukan secara rutin di beberapa kesempatan, baik dilakukan secara jamaah (komunal) maupun individual.
Dalam praktiknya, berjanjen merupakan rangkaian acara yang meliputi lantunan sholawat serta pembacaan biografi Nabi Muhammad.
Dalam Kitab Maulid al-Barzanji yang sering dibaca dalam tradisi Barzanji terkait riwayat Nabi Muhammad SAW diceritakan dengan bahasa yang indah melalui puisi, prosa, dan qasidah yang menarik.
Saat perayaan Maulid Nabi, selain Kitab Al-Barzanji, biasanya juga dibaca kitab-kitab shalawat lainnya. Beberapa di antaranya adalah Diba’, Simtuddurar, Syaraf al-Anam, serta berbagai kitab shalawat lainnya.
Tradisi Barzanji atau Berjanjen muncul di Indonesia bersamaan dengan masuknya tradisi perayaan Maulid Nabi, dan keduanya digunakan sebagai sarana dakwah Islam pada masa itu.
Terkait hal ini, ada yang menyebutkan bahwa tradisi Barzanji diperkenalkan oleh orang-orang Persia yang pernah bermukim di Gujarat yang saat itu sedang menyebarkan Islam di Indonesia.
Pendapat lain menyebutkan bahwa tradisi ini dibawa langsung oleh ulama bermadzhab Syafi'i bernama Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), salah satu tokoh Wali Songo.
Kemudian, tradisi ini semakin berkembang pesat di pesantren-pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nahdlatul Ulama (NU) dianggap sebagai pelestari utama tradisi Barzanji ini.***
