Air Mata di Tanah Suci: Pertemuan Haru Abu Bakar dan Ayahnya

Al Fauzi News | Dalam sejarah Islam, haji itu bukan cuma soal perjalanan fisik ke Baitullah. Di balik semua ritual, ada perjalanan batin yang dalam, penuh makna, dan diwarnai banyak pertemuan tak terlupakan. Salah satu kisah yang sering muncul adalah kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan ayahnya, Abu Quhafah, saat melaksanakan haji. Cerita ini banyak tercatat di berbagai literatur dan sering diangkat lagi oleh BPKH RI atau media Islam seperti Republika.
Pada suatu musim haji, Abu Bakar dipercaya jadi amirul haji—pemimpin rombongan. Di tengah lautan jamaah dari segala penjuru, ada satu sosok yang mencuri perhatian: seorang lelaki tua renta yang hampir tak kuat berjalan. Dia Abu Quhafah, ayah Abu Bakar sendiri, yang waktu itu belum memeluk Islam. Rambut dan janggutnya sudah putih semua, menandakan usia yang benar-benar senja dan tubuh yang lemah.
Begitu Abu Bakar melihat ayahnya, suasananya langsung berubah jadi haru. Bayangkan, seorang anak yang sudah jadi sahabat utama Rasulullah sekaligus pemimpin kaum muslimin, tetap memperlihatkan kasih sayang dan rasa hormat yang luar biasa pada ayahnya. Rasa syukur sebagai seorang mukmin bercampur dengan cinta seorang anak. Dalam kisah yang diceritakan berbagai sumber, termasuk BPKH dan Republika, jelas banget bagaimana Abu Bakar sangat perhatian dengan kondisi ayahnya. Dia tetap berusaha memuliakan ayahnya, meski posisinya sudah sangat tinggi di mata umat Islam. Cerita ini menegaskan satu hal: setinggi apapun kemuliaan seorang anak di hadapan Allah, kewajiban berbakti pada orang tua nggak pernah hilang.
Kisah ini juga sering dikaitkan dengan momen saat Abu Quhafah akhirnya masuk Islam—entah itu setelah Fathu Makkah atau di waktu yang berdekatan. Banyak ulama melihat, sikap lembut dan pelayanan tulus dari Abu Bakar itulah yang membuka hati ayahnya. Ada kekuatan besar dalam kelembutan dan bakti seorang anak.
Lewat pengulangan kisah ini ingin mengingatkan umat: haji itu bukan cuma soal manasik, thawaf, atau sa'i. Lebih dari itu, haji adalah soal adab, akhlak, dan terutama birrul walidain berbakti kepada orang tua. Di tengah jutaan jamaah, pelajaran ini nggak boleh hilang.
