Memudahkan Anda Menuju Baitullah

Barang Langka Itu Bernama Kejujuran

Kategori : Info Menarik, Ditulis pada : 14 November 2022, 10:20:00

kejujuran.jpg

Jujur adalah satu sifat dan sikap yang sudah akrab di telinga kita. Kejujuran merupakan kekayaan tak terkira bagi pemiliknya. Ia ibarat perisai karena dapat menghadang tuduhan kejam dan menolak fitnahan keji.

Dengan kejujuran orang lain akan menghormati pemiliknya. Tidak jarang, kejujuran juga dapat mendatangkan rezeki yang tidak disangka-sangka serta menjadikan orang lain percaya terhadap yang dikatakannya.

Namu kini, kejujuran telah menjadi barang langka. Ia seperti uang recehan di jalan, tidak berarti dan tidak memiliki nilai lagi. Kejujuran yang pernah dimiliki banyak orang telah ditinggalkan karena dianggap asing dan terpinggirkan.

Kedustaan telah merajalela karena ia dinggap memudahkan urusan dan mempercepat tujuan. Akibatnya, para pelajar dan remaja, misalnya, tidak sungkan-sungkan melakukan kecurangan seperti yang diberitakan berbagai media bahkan mungkin kita sendiri pun pernah mengalaminya tentang apa yang dilakukan saat ujian nasional.

Penyakit semacam ini telah menyerang banyak pihak, baik kalangan bawah, menengah, bahkan kelas atas. Masih ingat dalam pikiran, kasus-kasus korupsi yang beredar dalam media masa dan menyebar di saentero wilayah.

Allah Ta’ala berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambahkan penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang pedih karena dia berdusta.” (QS. Al- Baqarah : 10)

Dalam satu hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, Rasulullah Saw bersabda, “Hati itu memiliki empat kondisi, yaitu hati yang bersih dari sifat khianat dan tipu daya. Ia laksana lampu yang bersinar (inilah hati orang Mukmin). Hati yang tertutup dari kebenaran (hati orang kafir), hati orang yang terbalik (hati orang-orang munafik yang mengetahui kebenaran, tetapi mengingkarinya), dan hati yang memiliki dua wajah (keimanan dan kemunafikan).” (HR. Ahmad)

Orang jujur memiliki hati yang bersih dari sifat khianat dan tipu daya, sementara seorang pendusta tidak memiliki hati yang dimiliki orang yang jujur itu. Dan sebab hati yang bersih yang dimiliki nabi ini pula, orang-orang Arab Quraisy telah memberi gelar al-Amin (orang terpercaya) kepada beliau Saw sebelum beliau diutus sebagai nabi dan rasul.

Hadits lain menegaskan, dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw bersabda, “Seorang Mukmin jika melakukan dosa maka dosa itu akan menjadi noda hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, maka (hatinya) akan bersih kembali. Sedangkan, jika ia mengulanginya maka hatinya akan semakin hitam. Itulah ‘rana’ yang dimaksudkan dalam firman Allah, kalla bal rana ‘ala qullubihim ma kanu yaksibun.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan al-Hakim)

Kejujuran akan mendatangkan cahaya terang yang menyinari jalan kehidupan. Sementara, kedustaan hanya akan mendatangkan kegelapan dan pada akhirnya menjadikan hidup semakin sulit dan tidak berkah.

Hadhrat Masih Mau’ud as menekankan kejujuran dan membenci kedustaan. Setiap Ahmadi hendaknya merenung dan melihat sejauh mana telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Apakah kita menggunakan kedustaan demi meraih keuntungan? Apakah kita tidak berkata jujur saat perjodohan? Atau apakah kita menggunakan kedustaan untuk memperoleh tunjangan sosial atau kesejahteraan dari negara?

Oleh karena itu, kejujuran hendaknya dijadikan sebagai fondasi hidup kita. Kejujuran harus dijadikan pakaian sehari-hari oleh setiap lapisan masyarakat. Lebih khusus lagi para Ahmadi. Kenapa demikian? Sebab, mereka yang selalu mengikuti kejujuran tidak akan memperoleh kehinaan karena berada dalam perlindungan Allah Ta’ala. Sebab, jika kejujuran terwujud maka kesejahteraan pun akan mengikutinya.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id