Sejarah Islam: Reaksi Nabi Muhammad saat Menerima Wahyu Pertama
Sejarah Islam: Reaksi Nabi Muhammad saat Menerima Wahyu Pertama
Sahabat Al-Fauzi Tour, Jakarta - Syeikh Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya The Great Episodes of Muhammad mengutip kesaksian Ummul Mukminin, 'Aisyah. Menurut putri Abu Bakar tersebut, wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW datang melalui mimpi yang baik (al-ru'ya al-shalihah) saat beliau sedang tidur.
Setelah terbangun Nabi Muhammad yang dijuluki al-Amin, diberi anugerah oleh Allah SWT berupa keinginan untuk melakukan perenungan dan menyendiri (tahannuts). Beliau pun memilih Gua Hira sebagai tempat untuk beribadah dan merenung.
Begitulah keadaannya, Nabi Muhammad mulai rutin melakukan tahannuts di Gua Hira. Hingga akhirnya, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama berupa ayat-ayat dari surah Al-'Alaq.
Malaikat Jibril berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, "Bacalah!”
Malaikat Jibril kemudian meraih dan memeluk Nabi Muhammad ﷺ dengan erat hingga beliau merasa kelelahan. Setelah melepaskan pelukan, Jibril kembali berkata, "Bacalah!"
Nabi Muhammad ﷺ menjawab lagi, "Aku tidak bisa membaca."
Untuk ketiga kalinya, Jibril memeluk beliau dengan kuat. Akhirnya, Nabi bertanya, "Apa yang harus aku baca?"
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَۚ
خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍۚ
اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ
الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ
عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ
Setelah itu Jibril menyampaikan ayat-ayat pertama dari surah Al-‘Alaq:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Rasulullah ﷺ pulang dengan hati yang sangat gelisah. Sesampainya di rumah, beliau langsung menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid, dan berkata, "Selimuti aku. Selimuti aku." Khadijah pun segera menyelimuti Nabi hingga kegelisahannya mereda.
Nabi kemudian menceritakan kepada Khadijah tentang apa yang baru saja terjadi di Gua Hira, sambil berkata, "Aku khawatir akan diriku." Khadijah menenangkannya dengan berkata, "Tidak, demi Allah. Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Engkau selalu menjaga hubungan kekerabatan, menolong orang yang kesusahan, membantu yang membutuhkan, memuliakan tamu, dan mendukung orang yang benar."
Setelah itu, Khadijah membawa Nabi kepada sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang yang beragama Nasrani dan memiliki pengetahuan tentang kitab-kitab suci. Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai sepupuku, dengarkan cerita anak saudaramu ini."
Waraqah yang sudah tua dan buta, bertanya kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?" Nabi Muhammad ﷺ pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Jibril. Mendengar itu, Waraqah berkata, "Itu adalah an-namus (malaikat pembawa wahyu) yang pernah datang kepada Musa. Seandainya aku masih muda dan kuat, dan jika aku masih hidup saat kaummu mengusirmu..."
Nabi pun terkejut dan bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak ada seorang pun yang membawa apa yang engkau bawa tanpa dimusuhi. Jika aku masih hidup saat itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga."
Tidak lama setelah itu, Waraqah wafat karena usianya yang sudah tua, dan wahyu pun tidak turun untuk sementara waktu. Masa kekosongan wahyu ini memunculkan berbagai pendapat di kalangan ulama, ada yang mengatakan berlangsung selama tiga tahun, ada yang berpendapat kurang dari itu.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Saat aku berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika aku menoleh ke atas, kulihat malaikat yang pernah datang menemuiku di gua, duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku merasa ketakutan hingga bergegas pulang dan berkata, selimuti aku, selimuti aku.” Lalu Allah menurunkan firman-Nya:
“Hai orang yang berselimut, hingga firman-Nya, 'dan perbuatan dosa tinggalkanlah.' Sejak saat itu, wahyu terus turun secara berkesinambungan." ***