Sejumlah Peristiwa yang Mengiringi Kelahiran Nabi
Sejumlah Peristiwa yang Mengiringi Kelahiran Nabi
Setiap datang bulan Rabi’ul Awal, masjid-masjid di Tanah Air ramai dengan peringatan Maulid Nabi saw. Bahkan, tak hanya di masjid-masjid, tapi juga di mushala, kediaman pribadi, sekolah, instansi pemerintahan, sampai istana, peringatan ini pun digelar.
Alunan shalawat dan syair-syair cinta Rasul, serta lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, lebih sering terdengar dari sudut-sudut kampung dan pemukiman insan Muslim. Nilai-nilai luhur dan pesan-pesan keagamaan kembali dikokohkan para pendakwah dan pewaris para nabi.
Hal itu kian menegaskan betapa tingginya kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw. dan betapa kuatnya keinginan mereka berkumpul bersamanya kelak pada hari Kiamat. Sebab kelak, setiap hamba akan dikumpulkan bersama orang-orang tercinta.
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Artinya, “Engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Peringatan itu dilakukan kaum Muslimin sebagai wujud kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw. sebagai panutan alam yang sangat berjasa pada mereka. Sebab, beliau adalah sosok pembawa cahaya penerang di tengah kegelapan.
Beliau bak oase di tengah gurun tandus. Dan beliau pula yang mengantarkan mereka kepada pintu gerbang keimanan. Pantaslah mereka gembira karena kelahirannya. Sebab ia nabi paling mulia, utusan rahmat ke seluruh alam.
Bukankah kita diperintah supaya bergembira, tatkala datang karunia dan rahmat Allah?
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ
Artinya, “Katakanlah, ‘Dengan kurnia dan rahmat Allah, hendaklah dengan itu mereka bergembira,’” (QS. Yunus [10]: 58).
Pertanyaannya, mengapa kaum Muslimin mengenang Rasulullah saw. pada hari kelahirannya, bukan pada hari wafatnya, layaknya tradisi haul atas wafatnya para ulama atau orang berjasa? Jawabannya sederhana. Pertama, tidak mungkin membandingkan Rasulullah saw. dengan para ulama.
Kedua, ulama atau pahlawan dikenang pada hari wafatnya setelah terlihat perjuangannya. Sementara Rasulullah saw., sebelum kelahirannya pun, sudah membawa banyak keberkahan. Sejak Adam diciptakan, nama Muhammad telah tertulis di pintu surga. Kemunculannya telah diberitakan dalam Injil dan Taurat. Oleh karena itu, 12 Rabi'ul Awal menjadi momen yang paling dinanti oleh seluruh alam.
Sebagai bentuk kegembiraan atas hadirnya sosok panutan alam, tak heran pula jika beberapa kejadian mengagumkan turut mengiringi kelahirannya. Itulah sebabnya beliau dikenang pada hari kelahirannya.
Sejumlah kejadian menakjubkan tersebut, antara lain:
1. Hancurnya pasukan Abrahah yang hendak menyerang Ka‘bah oleh kawanan burung Ababil. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 571 M, tepat pada tahun kelahiran Nabi saw. Penyerangan Abrahah sendiri dipicu oleh kecemburuannya melihat bangunan Ka’bah yang selalu ramai dikunjungi warga penjuru Jazirah Arab.
Namun, Allah berkehendak menyelamatkan rumah-Nya. Gajah-gajah Abrahah berhenti di tempat yang dikehendaki-Nya. Saat itu Rabbul Ka‘bah menurunkan kawanan burung Ababil dari berbagai penjuru, membawa batu-batu dari tanah yang membakar. Batu-batu itu kemudian ditimpakan dari atas ke kepala bala tentara Abrahah. Kedahsyatan peristiwa ini pun diabadikan Al-Quran, tepatnya dalam surah al-Fil (5) ayat 1-5. Bahkan, hewan gajah sendiri menjadi nama surat yang mengisahkan peristiwa tersebut. (Lihat: Sirah Ibni Ishaq, [Beirut: Darul Fikr], t.t., halaman 59-62).
2. Istana Kisra berguncang hingga 14 balkonnya runtuh, api di negeri Persia yang selalu disembah kaum Majusi padam seketika. Padahal, sudah seribu tahun lamanya, api tersebut selalu menyala. Seiring dengan kejadian itu, air danau Sawah surut, lembah Samawah kebanjiran, sejumlah mata air mengering, sehingga membuat Kisra dan rakyatnya bingung kelimpungan.
Dikabarkan pula, seorang kepercayan Kisra bernama al-Mubidzan bermimpi melihat unta-unta bermuatan berat menuntun kuda-kuda bagus. Unta-unta itu lantas berjalan mengarungi sungai Tigris dan Eufrat lalu menyebar ke sejumlah negerinya. Menurut penafsiran, sebuah peristiwa besar di penjuru Arab akan terjadi. Peristiwa dimaksud tak lain kelahiran Nabi saw. (Lihat: Abu Zahrah, Khatamun Nabiyyin, ]Kairo: Darul Fikr], 1425 H, jilid I, halaman 105).
3. Setelah kelahiran Nabi saw., kaum jin tak lagi bisa mengintip berita langit.
Hal itu diakui oleh kaum jin sendiri, sebagaimana dalam Al-Quran:
وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسٗا شَدِيدٗا وَشُهُبٗا، وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا
Artinya, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan ketat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (beritanya).
Tapi sekarang siapa saja yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” (Q.S. Al-Jin [72]: 8-9). Padahal sebelumnya, mereka dengan mudahnya mendapatkan kabar langit untuk kembali disebarkan kepada juru ramal dan tukang sihir.
Namun setelah Nabi saw. lahir, Allah meminta langit dihalangi dari setan dan dipenuhi penjagaan malaikat, panah-panah api, sehingga mereka tak lagi bisa mendengarnya. Diriwayatkan, tatkala tak bisa mengakses informasi langit, kaum jin berkumpul dan melaporkan kejadian itu kepada Iblis. Dengan cepat, Iblis menginstruksikan agar kaumnya menyebar ke penjuru bumi, dari barat sampai timur, seraya memastikan apa yang sesungguhnya terjadi.
Ternyata, dari pengamatan mereka, ditemukan bahwa di kota Mekah ada seorang bayi yang tengah dikerumuni para malaikat. Bayi itu mengeluarkan sinar dan memancar ke langit. Para malaikat pun sibuk menyampaikan salam kepada panutan alam yang baru saja dilahirkan. Begitu kejadian tersebut dilaporkan, Iblis sangat menyesalkannya.
Sebab, panutan alam telah datang. Artinya, rahmat bagi umat manusia akan terlimpahkan. Sehingga pantas, menurutnya, jin dan setan dihalang-halangi naik ke langit dan mencuri informasinya. (Lihat: Samia Menisi, Jin-jin Muslim Sahabat Nabi, [Jakarta: Qalam-Serambi], 2016, halaman 31).
4. Beberapa keajaiban yang menimpa Halimah as-Sa‘diyah, ibu persusuan Nabi saw.
Kala itu serombongan wanita dari bani Sa‘id datang mencari bayi yang akan disusuinya demi mendapatkan upah dan bayarannya. Termasuk Halimah yang diantar suami beserta bayi mungilnya. Namun, dua hari berada di Mekah, Halimah belum juga mendapatkan bayi. Yang tersisa hanyalah bayi Muhammad ibn ‘Abdullah. Rupanya bayi yang satu ini tak menjadi pilihan para wanita bani Sa‘id lainnya mengingat kondisinya yang yatim membuat harapan mereka mendapat upah dan bayaran terhapuskan.
Akan tetapi, karena tak mau pulang dengan tangan kosong, akhirnya Halimah sepakat dengan sang suami untuk mengambil bayi yatim bernama Muhammad itu. Tak diduga, begitu sang bayi diterima, dan dibuka kain bungkusnya, Halimah melihatnya penuh takjub. Wajah sang bayi yang bercahaya membuat dirinya begitu kagum. Karena baru kali itu dirinya mendapatkan bayi yang luar biasa.
Tak sampai di situ, begitu si bayi disusui, air susu dari Halimah mengalir deras. Bahkan, unta mereka yang semula kurus seketika menjadi gemuk dan tahan menempuh perjalanan. Sejak itu keberkahan pun berlimpah, tidak hanya kepada keluarga Halimah, tetapi juga kepada kabilahnya. (Lihat: Sirah Ibni Hisyam, Terbitan Maktabah Syirkah al-Babi al-Halabi, jilid 1, halaman 162).
Itulah beberapa peristiwa menakjubkan yang menyertai kelahiran Nabi saw. Dan masih banyak lagi peristiwa lainnya, seperti tersungkurnya berhala, terdengar suara dari dalam Ka‘bah, ramainya burung seakan memberi salam, kejadian Siti Aminah yang sama sekali tak merasa letih saat melahirkan, datangnya para wanita mulia saat persalinannya, dan kondisi bayi seperti yang sudah dikhitan. Mudah-mudahan hal ini membuat kita semakin cinta dan kagum kepadanya, serta kelak hari Kiamat kita dikumpulkan bersamanya.