Taubat yang Sesungguhnya
Sahabat Al-Fauzi Tour, Seorang muslim diberikan petunjuk oleh Allah ketika berada di jalan yang salah. Maka diperintahkan untuk kembali ke jalan yang lurus (shirat al-mustaqim) yaitu jalan bagi orang yang bertakwa dengan bertobat.
Dan dalam surat Al-Baqarah dijelaskan tentang kategori orang yang dikatakan bertakwa, di antaranya percaya kepada hal yang gaib. Mengejakan shalat, iman terhadap Al-Qur’an beserta isinya dan lain-lain. Maka jika melenceng dari apa yang diperintahkan, seperti kafir, dan yang bermaksiat, maka yang bersangkutan akan mendapatkan tempat di neraka.
Namun Allah adalah Dzat Yang Maha Pemaaf (Ghafur). Allah memerintahkan kepada manusia untuk kembali ke jalan-Nya jika terjerumus kepada dosa. Salah satu jalan adalah dengan cara bertobat.
Dalam kitab Risalah al-Qusyairiyah dijelaskan bahwa pengertian tobat dalam bahasa Arab adalah al-ruju’ (kembali) yaitu berasal dari akar kata taaba-yatuubu. Sedangkan dalam pengertian syara, tobat adalah kembali dari sesuatu yang tercela kepada sesuatu yang terpuji menurut hukum syar’i.
Taubat itu bisa juga dikatakan sebuah penyesalan seorang hamba yang melakukan dosa. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits bahwa an-nadmu taubatun (penyesalan adalah tobat). (Imam Abi al-Qasim al-Qusyairy, Al-Risalah al-Qusyairiyah, Jakarta, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2011, halaman: 127).
ada dasarnya, Allah memerintahkan untuk bertobat karena manusia tidak luput dari salah dan dosa. Para nabi saja pernah melakukan dosa, seperti cerita Nabi Adam dan Hawa yang diusir dari surga sebab keduanya memakan buah khuldi. Kemudian keduanya bertobat (Baca surat Thaha ayat 120-122). Maka tidak heran di era digital saat ini, manusia tidak lepas dari tontonan dan kabar yang membuat terjerumus ke dalam dosa.
Bahkan Rasulullah dalam sebuah riwayat mencontohkan kepada umatnya bahwa setiap hari bertobat kepada Allah sebanyak seratus kali. Dalam hadits Shahih Muslim disebutkan:
توبوا الى الله فإني أتوب اليه كل يوم مائة مرة
Artinya: Bertobatlah kalian semua kepada Allah. Maka sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali. (Syeikh Abu Bakar Syatha, Kifayah al-Itqiya’ wa Minhaj al-Ishfiya, (Beirut, DKI, 2015, halaman: 45)
Maka malulah seorang hamba biasa tidak bertobat, tidak menyesal terhadap kesalahan yang telah dilakukan. Rasulullah tidak pernah melakukan salah sekaligus dijaga dari perbuatan dosa (ma’shum), bahkan sudah dijamin masuk surga. Seyogyanya, tidak perlu bertobat. Apalagi sampai seratus kali dalam sehari. Hal itu hanya sebagai cermin bagi umatnya.
3 Syarat Taubat
Setidaknya ada tiga syarat menurut ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dalam bertobat. Hal tersebut sebagaimana tertera dalam kitab Risalatul Qushairiyah yang sering dikaji di kalangan pesantren tentang syarat tobat. Seperti redaksi di bawah ini.
Artinya: Bahwa syarat sampai diakui sebagai tobat yakni melingkupi tiga hal. Pertama, menyesali kesalahan yang telah dilakukan. Kedua, meninggalkan kesalahan dalam keadaan apapun dan ketiga menetapkan atau berjanji tidak akan mengulangi perbuatan maksiat serupa. Maka rukun-rukun ini adalah wajib, agar tobatnya menjadi sah. (Imam Abi al-Qasim al-Qusyairy, al-Risalah al-Qusyairiyah, Jakarta, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2011, halaman: 127.)
Sedangkan dalam kitab Kifayat Al-Atqiya’ halaman 46 disebutkan sebagai tambahan:
و البراءة من جميع حقوق الآدميين
Artinya: Seseorang harus bebas dari semua hak-hak adami. (Syeikh Abu Bakar Syatha, Kifayah al-Itqiya’ wa Minhaj al-Ishfiya, Beirut, DKI, 2015, halaman: 46)
Sahabat Al-Fauzi Tour, Merujuk keterangan di atas dan jika syarat tersebut dipenuhi, tobat akan diterima Allah. Namun tidak ada salahnya agar terhindar dari dosa yang masih ada, hendaknya bertobat dan beristighfar setiap hari. Karena manusia terkadang tidak menyadari telah melakukan dosa. Wallahu a’lam.